MERAPI MOUNTAIN

Berdasarkan sejarah, Gunung Merapi mulai tampil sebagai gunung api sejak tahun 1006, ketika itu tercatat sebagai letusannya yang pertama (Data Dasar Guungapi Indonesia, 1979). Sampai Letusan Februari 2001, sudah tercatat meletus sebanyak 82 kejadian. Secara rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 catatan kegiatan Merapi mulai kontinyu dan terlihat bahwa, siklus terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan kegiatan 1658.
Eropsi Gunung Merapi selalu dilalui dengan proses yang panjang yang dimulai dengan pembentukan kubah, guguran lava pijar, awanpanas yang secara definisi
sesungguhnya awal dari erupsi tipe efusif. Di bawah ini ditampilkan tabel yang memuat waktu letusan dan lamanya letusan tersebut yang dihitung sejak masa awal proses erupsi hingga letusan puncak secara menyeluruh

Mbah Marijdan sang Samurai Jawi

Merapi dan Mbah Maridjan 'Sang Samurai Jawi' bagai tak terpisahkan sebagai salah satu juru kunci poros imajiner monumen Mataram Yogyakarta yaitu Merapi, Tugu, Kraton, Kandang Menjangan dan Laut Kidul. Ki Surakso Hargo sang penjaga Gunung, Gunung Merapi telah pergi meninggalkan kita semua kemarin karena awan panas semburan Merapi yang menerpa dan meluluhlantakkan dusun Kinahrejo, beserta belasan pengikutnya. Keteguhan pada amanat tugasnya yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dijaga dan ditunaikan hingga nafas terakhirnya bersama rumah sekaligus kantornya dalam buaian dengus nafas Gunung Merapi, bahkan dalam kondisi bersujud.
Banyak ungkapan minor hingga yang menghormati pendapat dan kebijaksanaan Mbah Maridjan sang Samurai Jawi, ada mengatakan konyol, bahkan hingga takabur. Memang ideologi kesetiaan saat ini sudah sangat luntur seiring dengan akal dan logika yang berkembang dengan sifat dan kebutuhan dunia baik material maupun ideologis yang sudah sangat berlainan jika tidak bisa dikatakan kebalikan dari perspektif Kejawen atau filosofi kebatinan yang sudah lebih dianggap sebagai mistik, sesat, diluar nalar ataupun hal lain yang sangat menistakannya ataupun menisbikan sesuatu daya hidup yang memiliki perspektif berlainan dan sangat jauh dari ide-ide yang dibawa dari barat.
SLEMAN-Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah meletus Selasa (26/10) pukul 17.02 WIB yang ditandai dengan semburan awan panas disertai hujan kerikil. Sebanyak 15 orang dilaporkan tewas akibat terkena semburan awan panas yang oleh warga setempat dikenal dengan 'wedhus gembel'. Ke-15 korban tewas itu ditemukan di sekitar rumah juru kunci Gunung Merapi, Surakso Hargo alias Mbah Maridjan. Seorang bayi juga meninggal dunia karena  mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan Gunung Merapi.
Selain korban tewas, puluhan warga juga dirawat di sejumlah rumah sakit karena mengalami luka bakar akibat terkena awan panas yang oleh warga setempat dikenal dengan 'wedhus gembel', ataupun mengalami sesak nafas setelah menghirup debu vulkanik.

Sampai berita ini diturunkan tengah malam tadi, proses evakuasi jenazah para korban dari rumah Mbah Maridjan di Desa Kinahrejo, Umbulhardjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih berlangsung.

Dikabarkan Metro TV, tim evakuasi tiba di kediaman Mbah Maridjan pukul 22.00 WIB dan menemukan 15 jenazah dalam pencarian yang  dilakukan. Salah satu korban diduga wartawan media online, berdasarkan kartu tanda pengenal atas nama Yuniawan Wahyu Nugroho yang didapati di tubuh korban. Korban yang  meninggal dibawa ke rumah sakit terdekat.

 PROSES MERAPI MELETUS
Gunung Merapi sendiri meletus pertama kali pukul 17.02 WIB yang ditandai dengan semburan awan panas. "Sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul-menyusul tidak berhenti," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono di Yogyakarta.

Menurut Surono, munculnya awan panas tersebut menjadi tanda sebagai erupsi Merapi. Erupsi adalah bahasa ilmiah dari meletus. Awan panas pertama yang muncul mengarah ke barat, tepatnya ke wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Namun awan panas berikutnya tidak dapat terpantau dengan baik karena kondisi cuaca di puncak Merapi cukup gelap dan hujan. Baru tadi malam terlihat material letusan mengalir ke arah Kaliurang hingga sejauh 19 kilometer dari puncak Merapi.
Sirine tanda bahaya di Kaliurang, Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB, dan pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan. "Pada 2006, awan panas terjadi selama tujuh menit, namun pada tahun ini awan panas sudah terjadi lebih dari 20 menit," kata Surono.

Lamanya awan panas tersebut, lanjut Surono, menunjukkan energi yang cukup besar. Pada pukul 18.00 WIB, terdengar letusan sebanyak tiga kali yang terdengar dari Pos Jrakah dan Pos Selo yang disusul dengan asap membumbung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke selatan. "Tipe letusan Merapi sudah dipastikan eksplosif," kata Surono.

Setelah semburan 'wedhus gembel' itu, PVMBG langsung meminta proses pengungsian warga di radius 10 kilometer dari puncak Merapi untuk dipercepat. "Karena Merapi sudah pada fase erupsi dengan munculnya awan panas atau wedhus gembel maka masyarakat atau penduduk yang berada pada kawasan rawan bencana III Merapi harus segera dievakuasi," ujar Surono.
Efek Negatif Abu Letusan Gunung Bagi Kesehatan
AbU vulkanik akibat letusan Gunung Merapi terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut. Masyarakat sebaiknya mewaspadai abu ini karena bisa mengganggu kesehatan pernapasan, mata, dan kulit.
Setelah meletus pada Selasa (26/10) lalu, letusan susulan Gunung Merapi terus terjadi. Sabtu (30/10) malam, lagi-lagi gunung teraktif di dunia ini mengeluarkan awan panasnya. Disusul letusan berikutnya pada Senin (1/11). Tak hanya korban harta dan nyawa, meletusnya Gunung Merapi juga membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Abu vulkanik dari Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Dikatakan oleh ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Dr Thahri Iskandar SpP, pada prinsipnya sewaktu letusan gunung itu terjadi, berbagai macam batu-batuan dikeluarkan. “Kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik sangat variatif,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Thahri mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru,” ungkapnya.
Masih dijelaskan Thahri, saat menyerang pernapasan, dampak yang terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang seseorang. “Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke dalam pernapasan kita,” ungkapnya.
Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.
Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.
Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru, seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.
EFEK POSITIFE MERAPI
Debu vulkanik dapat menyuburkan tanah dalam waktu beberapa tahun kedepan. Itu lah mengapa Indonesia termasuk daerah subur. Salah satu faktornya yaitu adanya gunung api.
Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal ato panas bumi yg sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Sisa2 aktivitas gunung api dapat menghasikan bahan2 tambang yg berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan laen-laen.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
anak dari kedua orang tua yang suka sekali jail dan tidak pernah bisa diam . punya kakak perempuan satu .
Diberdayakan oleh Blogger.